Pemuda adalah bagian dari masyarakat
yang memilki pengaruh vital bagi perkembangan sebuah masyarakat, baik
perkembangan itu dalam bentuk positif atau negatif. Dalam sejarah pun hal ini
telah terbukti, bahwa pemuda-lah pemegang panji-panji perubahan. Menurut
As Syahid Imam Hasan Al-Banna perjuangan dan perubahan hanya akan optimal jika
dijalankan oleh para pemuda, lebih jauh Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa sebuah
perjuangan hanya akan berhasil jika didasari oleh keimanan, keikhlasan,
semangat dan kemauan yang kuat. Hal ini tidak terdapat kecuali pada diri
pemuda.
Sejarah terlanjur percaya bahwa kepada pemudalah sebuah perubahan dapat diperjuangkan. Tapi fakta sejarah pun menunjukkan bahwa tidak semua pemuda dapat melakukan perubahan tersebut. Hanya pemuda-pemuda yang berpikir besar sajalah yang dapat memegang peranan penting sebuah perubahan, yakni pemuda rabani yang selalu berorientasi pada Allah dalam setiap aktivitas dan mengamalkan akhlak-akhlak mulia, teguh terhadap yang diyakininya dan semangat untuk mengamalkan serta mendakwahkannya.
Menjadi Pemuda Rabani yang Syakiriin
Syukur menurut
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, Ibnu Rajab Al-Hanbali, dan Imam Al-Gazali adalah
memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah ia kuasakan kepadamu. Namun
Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah menyebutkan lebih detil tentang apa itu syukur, beliau
menjelaskan bahwa syukur adalah mengabdi kepada Allah dengan menaati-Nya,
mendekatkan diri kepada-Nya dengan hal-hal yang dicintai-Nya, baik yang
bersifat lahir ataupun batin. Dua perkara inilah simpul ajaran agama.
Berdasarkan definisi dari Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah dapat dipahami bahwa syukur dalam bentuknya yang substansial tidak hanya meliputi ucapan memuji secara verbal, tapi yang lebih jauh dan penting adalah syukur dalam bentuk amal-amal perbuatan, yakni ketaatan. Allah berfirman dalam QS Ibrahim ayat 7: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Syukur memiliki posisi yang penting dalam Islam, Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Al-Fawa’id mengatakan, “Bangunan agama ini ditopang oleh dua kaidah: Dzikir dan syukur. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.”(QS. Al-Baqarah [2] : 152).” Berdasarkan pemahaman inilah menjadi hamba yang syakiriin adalah sangat penting bagi para pemuda khususnya dan kaum muslim pada umumnya.
@ukti Alvisari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar