Profil dan Penataan Kader
Kader yang ideal menjadi harapan
kita untuk lebih memasifkan pergerakan dakwah kampus ke depannya. Namun, kader
yang seperti apakah yang disebut sebagai kader ideal?
Dalam buku-buku paduan tarbyah telah banyak disebutkan dan dijelaskan bagaimana standar kader yang pantas disebut sebagai kader ideal tersebut. Akan tetapi permasalahan yang kita hadapi adalah bagaimana mengaplikasikan standar kader yang telah dirumuskan itu pada masing-masing kader, khususnya kader dakwah kampus yang pergerakannya jauh berbeda dibanding kader pada tataran sya’bi.
Realita yang ditemukan di lapangan adalah ternyata banyak kader yang karakter ia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak sesuai dengan harapan. Profil dan ciri dan kader ideal hanya menjadi bahan diskusi dan bacaan tanpa ada aplikasi yang kongrit dalam kehidupan hariannya.
Permasalahan lain yang sering ditemukan dalam pola kaderisasi hari ini adalah betapa banyaknya kader instan atau karbitan. Ia belum melewati tahapan-tahapan yang seharusnya dilalui, akan tetapi karena kebutuhan dakwah ia sudah diberi amanah-amanah yang secara spritualitas belum siap ia emban sehingga kedepannya ini tentu menimbulkan permasalahan dalam perwujudan agenda-agenda dakwah.
Dalam buku-buku paduan tarbyah telah banyak disebutkan dan dijelaskan bagaimana standar kader yang pantas disebut sebagai kader ideal tersebut. Akan tetapi permasalahan yang kita hadapi adalah bagaimana mengaplikasikan standar kader yang telah dirumuskan itu pada masing-masing kader, khususnya kader dakwah kampus yang pergerakannya jauh berbeda dibanding kader pada tataran sya’bi.
Realita yang ditemukan di lapangan adalah ternyata banyak kader yang karakter ia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak sesuai dengan harapan. Profil dan ciri dan kader ideal hanya menjadi bahan diskusi dan bacaan tanpa ada aplikasi yang kongrit dalam kehidupan hariannya.
Permasalahan lain yang sering ditemukan dalam pola kaderisasi hari ini adalah betapa banyaknya kader instan atau karbitan. Ia belum melewati tahapan-tahapan yang seharusnya dilalui, akan tetapi karena kebutuhan dakwah ia sudah diberi amanah-amanah yang secara spritualitas belum siap ia emban sehingga kedepannya ini tentu menimbulkan permasalahan dalam perwujudan agenda-agenda dakwah.
Harus segera dilakukan perbaikan
pola kaderisasi dalam tataran aplikasi, kembalikan kepada konsep-konsep yang
telah dirumuskan oleh para punggawa dakwah. Kemudian, terkait dengan penyiapan
kader harus dilakukan sejak awal, para pemegang keputusan haruslah orang yang
visioner, sehingga ia bisa membaca tanda-tanda zaman dan kader yang karbitan
pun bisa dihindari karena telah dilakukan penyiapan sedari dini.
Pembagian Peran
Dakwah di kampus diaktori oleh
banyak pihak. Mulai dari mahasiswa itu sendiri sebagai aktor dan penggerak
utama dari dakwah kampus, kemudian para mantan aktivis ketika menjadi mahasiswa
yang kemudian berprofesi jadi dosen atau mereka yang lebih dikenal dengan
sebutan ADKP (Aktivis Dakwah Kampus Permanen), dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan di kampus. Namun, sebenarnya yang paling punya pengaruh
siknifikan terhadap pergerakan dakwah di kampus adalah orang-orang berada pada
dua zona itu tadi. Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa kurang adanya
sinergisitas dari kedua pihak, tidak ada sharing visi dan misi, akibatnya ADK
bregerak sendiri dan ADKP pun punya agenada tersendiri. Seharusnya perlu
dilakukan sinergisitas optimal antara kedua pihak, karena keduanya bisa saling
mengisi dan berbagi peran.
ADK merupakan pihak yang langsung
terjun di lapangan dan begitu paham akan kondisi dalwah kampus hari ini karena
berbicara tentang dakwah kampus adalah berbicara tentang mahasiswa. Sementara
itu, ADKP sebagai pihak yang berada pada tataran internal kampus akan menjadi
sistem pendukung pergerakan dakwah pada mahasiswa melalui penciptaan birokrasi
yang mendukung dakwah kampus. Sekali lagi, harus dilakukan komunikasi yang
masif antara ADK dan ADKP sehingga kedepannya agenda-agenda dakwah bisa
dijalankan dengan lebih baik.
Tahun 2008 sudah hampir berakhir, seiring dengan itu tahun 2009 pun sudah akan memperlihatkan dirinya. Tantangan dakwah kampus kedepannya tentu akan lebih berat, apalagi diprediksi tahun 2009 akan menjadi tahun fitnah bagi pergerakan mahasiswa. Kita sebagai orang yang bersama-sama berjuang dalam pergerakan ini, harus senantiasa hati-hati memainkan peranannya. Sinergisitas organisasi mahasiswa yang merupakan wajihah dakwah harus dilakukan secara hati-hati. Kita tidak menginginkan pergerakan yang dilakukan secara terburu-buru malah akan menjadi bomerang bagi pergerakan dakwah kampus itu sendiri. Kemudian, yang harus menjadi perhatian semua pihak adalah sesegera mungkin melakukan perbaikan dan evaluasi atas kelemahan masa lalu, gerakan dakwah haruslah bergerak vertikal ke atas karena kita adalah umat yang beruntung yang mana hari ini lebih baik dari kari kemaren. Jangankan lebih buruk, bergerak stagnan pun tidak kita inginkan terjadi dalam pergerakan dakwah ini, yang ada hanyalah menjadi lebih baik dan lebih maju.
keren euy. lanjutkan terus jangan sampai melihat kebelakang dan mundur haha.
BalasHapus