Selasa, 03 Maret 2015

Orang tua cerdas, anak pun Cerdas

Cerita pagi ini,
Mainan jaman sekarang identik dengan makanan yang berwujud teknologi, seperti minuman yang mengandung caffein yang dengan mantenginnya saja semalaman tidak akan mengantuk atau seperti zat yang didalam obat-obatan  berbahaya yang dapat menimbulkan kecanduan dan ketergantungan, ia adalah teknologi mutakhir yang sering kita sebut dengan "gedget" atau Ponsel pintar (Smartphone).

Bagi anak-anak, ikut-ikutan dan merasa iri dengan teman sebayanya adalah hal yang sudah biasa atau lumprah. Karena mereka cenderung memiliki keinginan untuk tidak mau kalah atau minimal harus sama dengan yang lainnya. Dalam hal ini, misalnya saja ketika temannya mulai ada yang memiliki teknologi canggih itu "gedget" meski hanya satu saja dari sekian banyak teman tapi tentu saja bukan teknologi canggih kalo nggak buat anak-anak penasaran sebegitu hebohnya sehingga penting baginya untuk memilikinya juga. Pada akhirnya, orang tualah yang kena imbasnya. Mereka pulang kerumah menceritakan mainan baru temannya yang canggih itu dan diakhiri dengan merengek-rengek minta dibelikan yang seperti temannya itu. Nah loh nular nih, bagaikan sejenis virus yang mudah sekali menular, flu misalnya eh tapi mungkin lebih berbahaya lagi karena dampak dari virus ini yang begitu luar biasa hmm mungkin saja setara dengan virus flu burung atau yang lebih yang belum ada obatnya sekarang, mikir sendiri saja hehehe.

Baik, setelah itu dampak yang lebih jauh lagi adalah ketika semua mulai asyik dengan mainan baru itu, dan tak pandang kanan kiri sampai orang tuanya pun kewalahan memintanya untuk makan terlebih dahulu "saking susahnyaa....". Belum lagi, sikapnya yang jadi lebih sensitif kalo diganggu justru langsung ngambek, waaah kalo lama-lama nggak dilurusin jadi karakter nih. Kebiasaan yang dulunya main bareng-bareng sekarang berubah jadi main sendiri-sendiri alhasil temannya ngajak pergi dia nggak mau. Sendiri, sendiri, sibuk, sibuk, dan entahlah.
Sebenarnya miris melihatnya, karena hal itu akan membuatnya jauh dari lingkungan sosial dikemudian hari. Tidak bisa dipungkiri karena dia akan lebih sering menghabiskan waktu dirumahnya daripada keluar untuk sekedar bercanda dan bermain dengan yang lain diluar dan bertemu banyak orang.

Sebagai orang tua, sudah jadi hal yang naluriah jika merasa sedih melihat anaknya menangis dan membiarkannya "ketinggalan jaman" kalo tidak dituruti apa inginnya. Pasti ujung-ujungnya dituruti juga memberikan apa yang buah hatinya itu inginkan. Tapi sebenarnya tidak sampai disitu seharusnya peran orang tua. Mungkin kalo orang tuanya cerdas akan dengan sendirinya menjaga hal buruk dari dampak negatif yang ditimbulkan dari permainan baru anaknya itu dan mengawasinya dengan penuh perhatian. Tapi bagaimana kalo yang menjadi orang tua mereka juga merasa baru dan juga penasaran dengan teknologi canggih itu dan malah ikut lebur dengan anaknya, waah tambah kacau nanti karakter bangsanya. Alih alih mengawasi dan mengarahkan anaknya malah sama saja seperti anaknya.

Dari hal kecil semacam ini misalnya, maka sudah barang tentu bahwa menjadi orang tua itu dituntut untuk cerdas agar dapat mencetak generasi yang cerdas pula.

0 komentar:

Posting Komentar