Ada banyak lahan yang bisa
dijadikan tempat berdakwah, salah satunya adalah kampus atau perguruan tinggi.
Ini merupakan alternatif dalam mengembangkan dakwah dan bisa jadi merupakan
tempat yang paling cepat berkembangnya dakwah berdasarkan fakta yang terjadi
beberapa tahun terakhir.
Bangunan Dakwah Kampus
Dakwah kampus atau yang juga dikenal dengan nama
Dakwah Thulabyah menjadi tren hangat dan merupkan basis pergerakan yang cukup
ampuh dalam melebarkan sayap-sayap dakwah. Oleh karena itu, wajar kiranya jika
kampus menjadi objek perhatian para punggawa dakwah dalam mengimprof kampus
sehingga bisa lebih memasifkan peranannya ke depan. Kampus berisi para kaum
intelektual yang lebih menggunakan pertimbangan akal dan rasional dalam
bertindak, tabiat ini sesuai dengan apa-apa yang dibangun oleh gerakan dakwah,
khususnya gerakan dakwah tarbyah dalam mengoptimalkan peranan kampus sebagai
basis gerakan dakwah yang cukup masif. Apalagi dengan telah berkembangnya
dakwah dan posisi kader yang sudah berada dimana-mana dalam jajaran
pemerintahan kampus semakin membuat dakwah berkembang dengan cepat. Banyak
lembaga yang telah dipegang yang tentunya makin memudahkan pergerakan, dakwah
kita tidak hanya sebatas dakwah fardyah tetapi lebih kepada dalwah kelembagaan
yang menghasilkan out put yang lebih banyak. Dakwah makin berkembang, tantangan
dan hambatannya otomatis makin bertambah juga, untuk itu dibutuhkan strategi
yang jitu agar kesinambunmgan dakwah terus berjalan dan tak kenal henti walau
badai menghadang. Sebagaimana firman Allah dalam surat As Shaf ayat 3 bahwa
Allah mencintai orang-orang yang berperang (dalam konteks ini dakwah) dengan
barisan yang rapi dan teratur. Pemetaan dakwah pun dilakukan sebagai bentuk
strategi dakwah thulabyah.
Di UGM yang konon merupakan kampus
tertua dan terbesar di Indonesia melakukan strategi pemetaan dakwah
dengan konsep tiga lini, yaitu lini A, lini B, lini C. Lini A fokus dalam
pengembangan dakwah dalam bidang da’awi yang dimanifestasikan dalam bentuk
kelembagaan SKI di kampus, yang meliputi SKI Jurusan, SKI fakultas, dan Jamaah
Shalahudin yang merupakan SKI tingkat Universitas. Di sinilah disampaikan syiar
islam secara jelas dan gamblang. Kemudian ada lagi lini B yang bergerak dalam
bidang syasi atau perpolitikan di kampus, dengan basis KAMMI dan
dimanifestasikan dengan memasukkan kader ke BEM. Melalui lini syasi ini gerakan
dakwah pun bisa mempengaruhi kebijakan birokrasi di kampus sehingga bisa
disalaraskan agenda-agenda dakwah dengan kebijakan yang ada. Berbagai perubahan
pun terjadi dalam kampus yang seiring dengan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah, maka lahirlah lini C yang bergerak pada Kelompok
Studi di fakultas dan universitas, dengan lini C ini ia akan mencerdaskan orang
yang telah sholeh, lalu kemudian mensholehkan orang yang cerdas. Akibatnya,
istilah-istilah yang cenderung mendiskreditkan para kader dakwah karena
prestasi akdemisnya yang cenderung jeblok bisa diatasi melalui lini C ini.
Secara kasat mata, strategi yang
diciptakan seolah tidak ada masalah. Namun sesungguhnya itulah bencana kalau
tidak ada masalah yang dirasakan sehingga pergerakan ke depannya akan cenderung
stagnan dan tanpa ada improvisasi. Salah satu kendala yang sering ditemukan
adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak internal dakwah. Dengan
rasionalisasi tsiqoh dan ketaatan maka keputusan syuro
yang dirurunkan ke bawah sulit diterima dengan baik oleh para jundi dakwah.
Prosedur syuro yang kurang profesional ini kalau tidak segera diperbaiki
dikhawatirkan kedepannya akan menjadi bom
bunuh diri bagi gerakan dakwah sendiri.
Seharusnya kasus yang terjadi pada saat PEMIRA BEM KM baru-baru ini bisa
menjadi pelajaran bahwa para kader yang berposisi sebagai jundi adalah orang
yang cerdas dan punya rasional jika akan bertindak. Sebagian kader yang
melenceng dari agenda dakwah adalah suatu bukti bahwa internal gerakan dakwah
harus juga diperbaiki, khususnya dalam hal mekanisme dan prosedural syuro nya,
melibatkan lebih banyak pihak dan rasionalisasi yang bisa diterima di seluruh
kalangan kader, sehingga kedepannya setiap hasil yang diputuskan tidak
menimbulkan pertentangan dari pihak kader sendiri.
@ukhti Alvisari
0 komentar:
Posting Komentar